Minggu, 21 April 2013

Pohon Anggrek

Seperti pagi sebelum-sebelumnya, Achan selalu bangun lebih pagi dibanding ayam berkokok. Dia sengaja bangun pagi karena dia menekuni rutinitasnya yaitu, lari pagi dan menyiram tanaman disekeliling rumahnya. Menurut Achan segalanya terasa indah bila dilakukan dengan sunyinya pagi serta embun yang membasahi, terasa semuanya sangat nyaman dan tenang. Dengan mengenakan celana panjang olahraga serta rambut sebahu yang diikat Achan berlari menelusuri kampung sekitarnya. Dengan penuh senyum dan penuh dengan kebahagiaan Achan berlari-lari kecil.

Dia tak terlihat memiliki beban kehidupan. Di tengah pelarian sekitar kampungnya Achan merasa lapar, perutnya merengek untuk diisi sesuatu yang bisa mengganjalnya. Di persimpangan jalan Achan berhenti, dia segera membeli serabi. Achan berhenti sejenak. Menikmati kue serabi yang dia makan perlahan. Setelah kenyang dan membayar, Achan melanjutkan lari paginya.
“Loh.. dia kok ada lagi.” Pikir Achan dalam hati. Akhir-akhir ini Achan sering ketemu seorang cowok yang dia temui dengan tidak sengaja di toko buku, perpustakaan kota, di mall, bahkan di wc umum waktu ga sengaja Achan kebelet buang air besar di taman. Nah sekarang Achan ketemu lagi di Alun-Alun Kota pusat keramaian orang yang aktivitasnya kebanyakan olahraga. Sebelumnya Achan ga ambil pusing dan ga ambil pikir. “Tapi... kok jadi keseringan banget gini yaa.” Pikir Achan lagi.
Setelah lama memikirkan cowok misterius itu Achan akhirnya memutuskan pulang ke rumah, dia akan menyirami tanaman kesukaannya. Anggrek. Sekilas, bayang-bayang cowok itu terlintas di pikiran Achan. Lagi dan lagi.
http://data.whicdn.com/images/45178190/tumblr_meewgblFte1r2q9lyo1_500_large.jpg

Udah hampir seminggu ini Riko jadi secret admirer atau bahasa lamanya “pengaggum rahasia”. Dia lagi nge-stalking tetangga barunya. Setelah cari-cari data ke temennya siapa nama, sekolah, serta kegiatan sehari-hari tetangganya itu. Sekarang Riko jadi rajin bangun pagi,  rajin ke toko buku, ke perpustakaan kota, mall, dan taman. Bagi Riko segalanya terasa indah walau hanya sekedar melihat tetangganya itu dari kejauhan tanpa saling sapa dan saling menatap.
Di sekolah. Tepatnya kelas XI-IA2. “Puas banget sih ngeliatin Achan. Dari tadi matamu itu ga pernah berpaling.” goda Angga sambil terkekeh. Angga heran sama Riko temen sebangkunya, yang sedari tadi waktu jam istirahat sampe bunyi bel masuk mata Riko tak pernah berpaling dari Achan sedetik pun.
“Biasalah bro, nge-stalking gitu. Haha”
“Iya, tapi mau sampe kapan coba? Jangan bilang sampe lebaran monyet dateng. Basi Rik.”
“Belum waktunya...” jawab Riko tenang, seulas senyum nampak diwajahnya.
Angga geleng-geleng kepala.                              


Kelas XI-IA1. “Chan, kamu tau ga anak baru yang ada di kelas sebelah? Katanya ganteng, juga bonus keren loh.” Tanya Mita penuh antusias saat nyebut “anak baru kelas sebelah”
“Belum tau Mit, ini aja baru denger dari kamu.”
“Aduh kebiasan deh. Namanya itu Riko. Keren kan namanya.”
“Oh bisa jadi.”
“Dih, apa maksudnya bisa jadi?” Mita keheranan denger jawaban Achan.
“Nama boleh keren, kelakukan emang udah keren?”
“Eh... jangan salah. Dia itu kerennya udah terjamin Chan.”
“Oh” jawab Achan datar. Dia kembali meratapi bacaan yang udah sedari tadi dia baca, sebelum Mita duduk disebelahnya dan sebelum Mita tanya tentang “anak baru kelas sebelah”.
Merasa dicuekin, Mita kembali mengerjakan tugas matematikanya yang belum selesai.
Pulang sekolah, Achan ada kegiatan di sekolah tentang “Go Grean & Clean”
Suatu organisasi yang peduli banget gitu sama lingkungan, penghijauan, dan kebersihan. Udah lama Achan mengikuti kegiatan ini. Dia berasa hatinya nyatu sama alam, berasa tenang dan nyaman.

Bel pulang sekolah sudah berdering 10 menit yang lalu. Riko masih bersandar di pinggir pintu kelasnya. Di kejauhan, tampak seseorang cowok yang tengah berlari menghampiri dirinya.
“Kurang lama Ga, panggilan alamnya.” Cetus Riko.
“Sorry Rik, gara-gara Toni nih ngasih sambel bejibun banyaknya ke mangkok baksoku.” Jawab Angga sambil megangin perutnya. Mules.
“Ya udahlah. Ayo cepetan ke GGC (Go Grean & Clean) udah telat nih.”
“Ceileh yang udah gak sabar ketemu sama Achan.” Goda Angga lagi.
Aku tersenyum. Tadi, Angga emang ngajakin aku buat ikutan GGC, awalnya sih males. Soalnya bukan aku banget. Tapi pas denger Angga nyebut nama Achan, tanpa pikir dua kali. Aku langsung mengiyakan ajakannya ini.
Setelah 30 menit menempuh perjalanan menuju GGC yang tempatnya jauh dari sekolah karena sekolah ga ada tempat yang luas buat ngurusin tanaman dan pohon akhirnya sekolah nyewa tempat buat berlangsungnya kegiatan GGC ini.
“Akhirnya mereka datang juga.” Seru Mita penuh kehebohan.
Achan yang ada disampingnya ga ngerti apa yang dimaksud Mita.
“Apaan sih?” tanya Achan.
“Itu loh si Angga sama anak baru yang namanya Riko. Tadi pas aku ketemu Angga di kantin. Aku sempet nawarin ke dia gitu buat ikutan acara ini. Kan lumayan Chan, kalo ada Angga disini paling gak acara kita ini bakalan nge-trend. Angga kan ketua futsal sekaligus termasuk kategori cowok terpopuler.” Jelas Mita panjang lebar dengan mata bersinar-sinar.
“Hmm... boleh juga sih pemikiran kamu Mit. Acara ini emang paling sedikit anggotanya. Siapa tahu ya Angga bisa ngebantu kita.”
Mita melambaikan tangannya, seraya mengajak Angga sama Riko bergabung.
“Eh Ga, makasih ya udah mau dateng eh lebih tepatnya ber-par-ti-si-pa-si. Hehe”
“Biasa aja kok Mit.” Ucap Angga senyum.
“Eh Riko kan? Anak baru itu?” tunjuk Mita ke cowok yang di samping Angga. “Kenalin aku Mita, dan ini namanya Achan. Ketua GGC. Jomblo permanen. Haha” Goda Mita ke Achan. Semuanya tertawa lepas, tanpa terkecuali.
“Riko”
“Achan”
Mereka berdua berjabat tangan. Hening. Ada sesuatu yang memenuhi pikiran Achan. Dia mencoba mengingat-ingat sesuatu. Apakah dia pernah ketemu Riko sebelumnya, itulah yang dipikirkan Achan.
“Nah yaudah yuk mari kita persiapkan semuanya. Mulai dari pupuk, penanaman, dan yang lainnya.” Mita memecahkan keheningan.
Mereka saling sibuk. Sesering kali Riko dan Achan saling bertemu pandang. Pandangan mata yang penuh arti.

Setelah semuanya selesai. Mereka berempat duduk bersandar di rumput yang rumpun. Teman lainnya sudah pulang, tinggal mereka berempat-lah yang masih tersisa.
“Sepertinya aku pernah ketemu kamu Rik.” Achan mempertanyakannya dengan hati-hati. Takut salah sangka.
Sesaat kemudian, Riko merasa gugup. Degup jantungnya tak beraturan.
Menyadari perubahan wajah Riko, Angga pun ngejawabnya.
“Riko  kan tetangga kamu Chan.”
Deg! Jantung Riko dan Achan berasa ditusuk tombak. Pernyataan Angga membuat Riko dan Achan jadi tambah tak beraturan. Entah perasaan apa yang dialami keduanya.
“Oh tetanggaku, pantesan pernah ngeliat kamu.” Achan mencoba tenang.
“Iya Chan, udah seminggu juga tinggal disitu. Cuma mungkin karena kamunya sibuk aja jadi kurang tahu.” Riko pun mencoba tenang.
“Jadi kalian tetanggaan? Waah enak dong, bisa sering main ke rumahmu deh Chan aku.” Mita senyum-senyum sendiri.
Pernyataan Mita membuat suasana kembali seperti sebelumnya, tak ada ketegangan hati lagi.

Udah hampir dua bulan ini, Riko dan Angga sering ikut GGC. Alhasil yang minat ikut GGC juga makin banyak. Tanpa dipungkiri ini memang karena mereka ikut gabung. Kebanyakan yang jadi anggota baru GGC anak cewek semua. Wajah mereka sangat menjual. Dan kini hubungan mereka berempat makin erat. Mita sama Angga baru-baru ini sering keluar bareng dan ternyata mereka udah jadian. Tepatnya kapan aku tidak tahu. Cinta datang dengan tiba-tiba dan karena terbiasa. Mungkin itu yang membuat mereka akhirnya bersatu. Aku dan Riko juga sering keluar bareng. Bahkan sekarang tiap pagi sebelum ayam berkokok Riko selalu nemenin aku buat lari-lari keliling kampung dan bantuin aku nyiram tanaman rumah. Waktu terasa cepat berlalu bersamanya.
Sore ini, Mita mampir ke rumahku. Setelah seharian memanfaatkan waktu weekend bareng Angga.
“Mit, malam ini aku di ajak dinner sama Riko.”
“Bagus dong.”
“Aku makin bingung Mit.”
“Bingung kenapa?” tanya Mita heran.
“Bingung mau pake baju apa.” Jawabku nyengir.
“Ya ampun Achan plis deh.”
“Hehe iya iya. Bantuin milih baju yuk.”
Aku menunjukan tiga baju pilihanku, dari mulai baju long dress warna cokelat, kaos warna biru, dan baju lengan panjang warna ungu.
“Bagus yang mana?” tanyaku ke Mita
“Hmm... ntar kamu dinner kan? Dan malam ini malam minggu kan?” tanya Mita, memastikan.
“Iya, kenapa?” jawabku bingung.
“Oke, kalo gitu kamu mesti pake baju long dress warna cokelat itu. Warnanya juga cocok kok buat kulit kuning langsat kayak kamu. Seakan menyatu.”
“Ga terlalu berlebihan nih? Kita dinner loh, cuma makan malam gitu.”
“Udahlah Chan, nurut!” paksa Mita.
“Iya deh Mit.” Ucapku sambil memonyongkan mulutku. Expresi pasrah.
Akhirnya aku mengenakan long dress cokelat. Rambut yang biasanya aku ikat kuda, kini diubah Mita menjadi rambut yang tergerai sebahu bergelombang. Entah kenapa aku merasa puas adanya perubahan di diriku.  Sesekali aku selalu melihat diriku di cermin.
Setelah usai berdandan diri. Tepatnya jam 19.00 Riko udah ada di depan rumah. Achan segera buru-buru mengenakan sepatu high heels yang dia pinjam dari Mita. Achan sama sekali ga hobi ngumpulin sepatu high heels, dia mengenakan high heels kalo ada event-event penting aja. Event seperti ini, yang sepertinya memerlukan sepatu high heels. Achan tersenyum melihat Riko yang ada di ambang pintu.
“Sorry, lama ya. Kenapa ga masuk aja.”
“Ga enak sama mama kamu.”
“Gapapa lagi.” Senyum Achan mengembang dengan sendirinya.
“Ya udah yuk. Tapi sebelum makan aku mau mengajak kamu ke suatu tempat. Surprise lah pokoknya.”
“Kemana?” tanyaku heran.
“Kalo aku kasih tahu sekarang, ga surprise dong namanya.” Lagi-lagi senyum yang mampu menalukkanku itu nampak di wajah Riko.
Udah hampir 20 menit perjalanan akhirnya aku tiba di tempat yang tak begitu asing bagiku. Riko mengajakku ke tempat GGC.
“Ngapain kesini Rik?”
Riko diam. Riko mengajakku masuk ke ruang GGC. Riko menggenggam tanganku. Jantung ini berdetak tanpa terkendali.
Ruangan GGC terlihat gelap, tak ada penerangan lampu yang dinyalakan. Aku mencoba mencari-cari tempat lampu di sekitarku. Tiba-tiba......lampu menyala. Aku melihat sosok Riko berada di tengah-tengah pohon, pohon-pohon itu tertempel anggrek yang begitu sangat indah. Begitu banyak anggrek di sekitar ruangan GGC. Aku terdiam kagum tanpa berkata-kata. Riko melihatku dengan senyum bangga. Riko mulai menghampiriku yang terdiam kaku, seolah-olah kakiku ini lumpuh dan mulutku terasa begitu sulitnya untuk mengatakan kata-kata yang semestinya aku katakan. Langkah demi langkah Riko menghampiriku. Dan entah kenapa langkah demi langkah Riko membuat jantungku terasa sangat berdetak.
Riko kini ada di hadapanku. Dia menggenggam tanganku kembali, namun kali ini genggamannnya begitu sangat erat. Aku masih terpaku.
“Chan, aku mau jujur sama kamu.”
Hening. Aku tetap tidak mampu berkata-kata. Aku hanya menatapnya.
“Udah lama aku suka sama kamu, Chan. Aku suka kamu sejak pertama aku jadi tetangga kamu. Sering ngeliat kamu lari-lari pagi dan selalu menyiram bunga anggrek kesukaanmu. Lalu besoknya, aku mencoba cari-cari tau tentang kamu. Aku mulai sering ngikutin kamu. Aku mulai sering ngeliatin kamu dari jauh...”
Jantungku semakin berdetak. Aku harap dia tidak mendengar detakan jantung yang seperti bunyi drum ini.
“ ...bahkan aku sampe bela-belain bangun lebih pagi dari kamu supaya aku tidak ketinggalan sedetik pun momen buat ngeliat kamu. Dan pada akhirnya Angga ngajak aku buat ikut kegiatan kamu ini. Aku bersyukur akhirnya aku bisa lebih dekat melihatmu. Aku suka banget sama kamu Chan. Aku sayang dan cinta kamu sejak pertama aku tau kamu, sampe sekarang. Sampe anggrek ini tumbuh.” Riko mengeluarkan anggrek dari tangan kirinya. Anggrek itu terlihat masih kecil, belum berbunga dengan sempurna. Tapi entah kenapa terlihat sangat begitu indah.
“Aku menanam anggrek ini sejak pertama kali aku ngeliat kamu Chan.”
Hening.
“Kamu mau kan Chan, jadi pacar aku?” tanya Riko. Ujung pernyataan yang udah dia sampaikan panjang lebar.
“Bagaimana bisa aku menolak jadi pacar kamu. Kalo setiap harinya bertemu kamu jantung ini tak pernah henti-hentinya berdetak seperti bunyi drum.” Aku tersenyum. Bunga anggrek yang ada di tangan kirinya Riko pun aku terima. Dan pernyataan cinta Riko pun aku menerimanya.
Terlihat jelas raut wajah kami merasakan kebahagiaan yang akhirnya ditemukan. Dan lagi, Riko mengenggam erat tanganku. Dia mengajakku berkeliling pohon yang telah di pasangkan anggrek di batang pohonnya.
“Pohon terlihat indah kalo dipasangkan dengan anggrek Chan.”
“Maka dari itu, kamu nempel anggrek di pohon-pohon tanpa terkecuali.”
“Hehe iya. Ada artinya juga Chan kenapa aku nempelin anggrek ke pohon.”
“Biar enak dipandang kan?”
“Bukan. Biar kita nantinya bisa jadi pohon dan anggrek. Bukan hanya enak dipandang tapi selalu bersama.” Riko tersenyum. Masing-masing dari kita hanya bisa tersenyum. Senyuman yang penuh arti.
“Rik, kamu ngajak aku buat makan malam kan bukan bermalam di ruangan GGC? Banyak nyamuk nih.” Ucapku sewot. Aku merasakan lapar yang sangat luar biasa.
“Iya deh dakocan.”
“Lah kok manggil dakocan sih dakocan kan jelek banget gitu.”
“Ya abisnya kamu jelek banget malem ini. Itu rambut ngapain coba dibikin mie goreng kayak gitu. Bagusan juga di ikat kuda kayak biasanya. Terlihat cantik natural. Abis jadi boneka percobaannya Mita ya.”
“Apaan sih. Usaha buat pertemuan sama kamu ini. Berjam-jam benerin rambut tau.” Spontan aku memonyongkan mulutku lagi.
“Hahaha ya udah sih mulutnya gausah monyong kaya gitu. Mau ngalahin kemonyongan jidat ikan lohan.”
“RIKO!”
“Hahaha”
“Hahaha”
Perjalanan menuju tempat makan dipenuhi dengan tawaan terbahak-bahak. Aku merasa bahagia, sangat bahagia. Bisa tertawa lepas bareng seseorang yang di sayangin itu udah lebih dari cukup. Dalam hubungan yang dibutuhkan hanya saling berbagi, berbagi kebahagiaan.

http://24.media.tumblr.com/tumblr_meju0126fh1r2p94ho1_500.jpg

0 komentar:

Posting Komentar

 

[IKASW] Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang