Masa
kedewasaan? Yaelah itu mah cuma dongeng belaka. Kira-kira seperti itulah
anggapan Sarah Andersen tentang kedewasaan yang menurut dia hanyalah sebuah
cerita dongeng karena pada kenyataanya pasti setiap orang masih melakukan
tindakan kebodohan. Sedangkan menurut gue masa kedewasaan atau dewasanya
seseorang itu tergantung dengan situasi dan kondisi. Seseorang akan bertindak
dewasa kalo dia lagi pas ada masalah doang. Kenapa cuma pas ada masalah? Karena
untuk menghadapi permasalahan, masalah hidup misalnya, seseorang harus dituntut
untuk tenang dan memikirkan dengan matang solusi dari permasalahan tersebut. Setelah
masalah selesai? Ya balik lagi ke kehidupan normal biasanya. Balik lagi jadi
seseorang yang normal atau justru malah jadi orang yang abnormal sangking
banyaknya masalah yang dia hadapi. Kok malah jadi abnormal? Bukannya orang kalo
udah banyak menghadapi masalah dia justru jadi pribadi yang normal dengan sikap
yang dewasa? Hmm belum tentu. Di dunia ini pasti ada 2 jenis orang. Orang baik
atau orang jahat. Orang sabar atau orang marahan. Orang yang beraknya duduk
atau orang yang beraknya jongkok. Orang yang kalo sikat gigi, sikatnya
dibasahin dulu atau orang yang kalo sikat gigi, sikatnya ga perlu dibasahin
dulu. Apabila dia seseorang yang abnormal bisa jadi dia masih belum menerima
sepenuh hati dengan permasalahan yang dia hadapi. Dia belum bisa menyikapinya
dengan baik. Dia masih ingin ketawa, senyum, bahagia, dan kenapa di saat dia
ingin melakukan itu dia harus menghadapi masalah yang rumit dalam hidupnya.
Atau mungkin bisa jadi pula dia bertindak abnormal karena ingin menutupi
permasalahan yang selama ini dia hadapi. Apabila dia seseorang yang normal
berarti dia sudah ikhlas, sudah tabah, menghadapi masalahnya. Dia cenderung
tenang karena dia berpikir masalah apa pun itu yang dia hadapi pasti akan cepat
berlalu dan pada saat itu pula dia memang diharuskan untuk berjuang
menghadapinya. Nah cukup sudah intermezzo yang gue tulis sepanjang jalan
kenangan ini. Sekarang saatnya gue bahas tentang “Adulthood is a Myth” yang
kemarin gue udah bilang kalo gue mengelompokkannya ke beberapa bagian. Nah
sekarang adalah chapter 2 dimana gue mengelompokkannya ke “Daily Life”.
Kegiatan sehari-hari yang seharusnya disikapi dengan kedewasaan tapi
kenyataannya nihil, menurut Sarah Andersen loh ya gaes.
1.
I
should be but I am...?
Sebagai remaja
yang beranjak menjadi dewasa, biasanya kita membuat daftar jadwal kegiatan
rutin yang harus dilakukan agar kesehariannya menjadi lebih teratur. Namun,
kenyataannya masih dibilang amburadul, acak adul, belum teratur. Sehari, dua
hari, tiga hari, okelah sesuai dengan jadwal yang udah direncanakan. Setelah
itu, raga dan jiwa ini seakan-akan tidak ingin menyatu. Seolah-olah raga ini
lumpuh seketika dan malas untuk melakukan apa pun tapi jiwa mengatakan “you
have to do something!” and then your body said “shut up, what the hell!”
2.
Slow walkers
Dengan nafas
yang udah kayak kambing disembelih gue lari sekuat tenaga menuju kelas.
“Duh..mati gue telat. Telat. Telat. Telat. Kelasnya di lantai 3 pula.”
Di lantai 3.
“Buseettt... ini di depan gue ada orang lagi. Yaelah..lagi rumpi pula. Yaelah
cewek pula. Cepetan kek. Cepet...cepet...setdah. Aaarrrgghh. Cepetaaannn!!!”
(ngomel dalam hati)
Cewek itu pun
berbalik. “Kamu kenapa?”
Kamu
kenapa? Pertanyaan apa ini?! Lah emang dia
gak bisa liat keringat yang dari ujung kepala udah sampe basah kuyup ke baju
dan dia masih tanya “kamu kenapa?”. Sebenernya gue sendiri juga pernah
mengalami hal ini dan gue tau banget rasanya ngomel dalam hati yang udah kayak orang gila tapi orang yang di
depan tetap dengan santainya ngobrol dan jalannya lama banget. Mau gue duluin
jalannya tapi gak bisa karena jalannya sempit dan banyak orang. Padahal kalo
gue gak emosi duluan gue bisa aja sih bilang “Permisi ya Mbaak...” lah tapi
namanya juga emosi mana bisa mikir.
3.
Things
I could do when my wifi is down
No comment.
Because i could do too. I have a bad emotion. I am taurus girl. (nyambung ga
sih yang ini? Lah haha)
4.
Social
media in real life
Gue sempet
ngebayangin sih gimana kejadiannya kalo kehidupan gue di dunia maya bakalan
terjadi di dunia nyata. Misal: gue upload foto waktu gue ada di Banyuwangi,
Green Bay dengan caption “Belum bisa move on......” Terus di dunia nyata gue
teriak “HAI PARA FOLLOWERS. GUE BELUM BISA MOVE ON DARI BANYUWANGI. PANTAINYA
BAGUS BANGET LOH” terus mereka juga teriak, “WAH IYA BAGUS! LIKE. LIKE. LIKE”
Bayangkan kalo followers gue jutaan kayak Justin Bieber dan likersnya juga
jutaan pasti bakalan berisik dunia ini. Belum lagi kalo twitter dan facebook
bisa-bisa orang disekililing kita pada ngomong “Retweet”, “Like” setiap kita
ngomong karena setiap omongan dikira update status. Setdah.
5.
I
didn’t ask you
“Eh lagi
ngapain nih”
“Gambar”
“Itu kayaknya
gambarmu ada yang kurang dan agak jelek deh. Coba yang bagian ini diubah
sedikit terus yang bagian itu agak ditebalkan. Terus...ini..terus..itu...”
“Ha-ha GUE GAK
NANYA! HUSSHH SANA JAUH!”
Temen kayak
gini ini yang bikin kesel. Lagi enak-enaknya gambar eh malah digangguin dengan
kritikan yang sok tau kebangetan. Menyebalkan sekali.
6.
Creating
vivid movie video
Dear
future husband
Here's
a few things you'll need to know if you wanna be
My
one and only all my life
Dear
future husband,
If
you wanna get that special lovin'
Tell
me I'm beautiful each and every night
Ngedengerin
musik sambil bikin video klip ala-ala imajinasi diri sendiri whahaha. Ya iya
emang kadang suka gitu sih, suka ngebayangin seolah-olah kita model di video
klip itu terus senyum senyum ga jelas kadang sambil nari-nari.
7.
I
hate a lot of people
When you
arrived at school for the first time since long holiday, you will meet a lot of
people and they are greeting you and you act like “hmm okay, hai nice to meet
you, aaah i’m so glad to meet you” padahal dalam hati “halaah preettt, i’m
still hate you now wkwk”. Nah untuk kalian semua gaes yang tanggal 5 udah mulai
masuk kampus hati-hati kalo lagi nyapa temen. Siapa tau dalam hatinya dia
seperti itu. Atau siapa tau jangan-jangan kalian sendiri seperti ini wkwkwk.
Gue cuma bisa ketawa aja dah waktu pertama kali baca ini komik yang part ini
sampe sekarang juga masih ketawa sih. Ngerasa lucu aja sama orang-orang yang
benci banyak orang dan lebih suka sendiri. Mungkin disini dikatakan benci
karena “fake people”-nya kali ya.
8.
Internet
comment threads
Bayangkan. Coba
bayangkan yang suka komen negatif kumpul jadi satu. Terus jambak-jambakan. Adu
jotos. Adu argumen. Coba bayangkan komentar negatif yang terjadi di sosial
media terjadi dalam kehidupan nyata. Bakalan hancur mungkin dunia ini. Lagian
heran deh kenapa sih usil aja komen negatif atau komen jahat di sosial medianya
orang. Kayak hidup dirinya sendiri udah bener. Padahal mah....yaelah orang aja
lu urusin. Hidup lu sama Tuhan gimana? (Kok bawa-bawa Tuhan sih? Ya gue cuma
mengingatkan lidah ini tak bertulang kalo sembarang ngomong terus entar gimana
tanggung-jawabnya waktu di akhirat? Udah cukup kali sama dosa perbuatan yang
masih sering khilaf.)
9.
Running
into people you knew in high school
The best fake
people ever whahahahaha. Ada beberapa alasan kenapa kita kadang males ketemu
sama temen lama di sekolah. Pertama, percakapan yang mencakup perbandingan
antara dulu dan sekarang. Misal: Wah kamu udah berubah ya. Dulu item, gendut,
jerawatan, rambut keriting, gak bersih, kurang rapi, duh apalagi ya. Terus
sekarang udah lumayan gini (maksud lo sekarang lumayan? Maksud lo ngejelekin
gue yang dulu? HAH?!). Kedua, percakapan yang dimana salah satu pihak akan
menyombongkan diri. Misal: Aku udah kerja di perusahaan terbesar di Jakarta.
Gajiku sebulan puluhan juta. Ini aja aku lagi nabung untuk beli rumahku yang
ketiga. Dan blablablabla. Sepertinya itu dua alasan yang sangat kuat menurut
gue, kalo kalian tau alasan yang lainnya bisa komen di bawah ini, oke.
10.
Someone
tagged you in a photo
The hell
moment, ketika sahabat lu suka ngetag atau nyebar foto aib teman ke sosial
media. Padahal di akun instagram diri sendiri misalnya, kita udah dengan rapi
menjaga image kita dengan baik. Dan tiba-tiba sahabat sialan lu itu upload foto
yang bener-bener merusak segala ke-jaim-an lu di dunia maya whahahaha. Gue pribadi
termasuk “sahabat sialan” yang suka upload foto aib teman sih. Soalnya lucu aja
gitu bikin malu temen sendiri. Lagian walaupun “sahabat sialan” tapi kan
aslinya “sahabat sayang”. Yoooottttttt!! La la la la ye ye ye. We ka we ka we ka. Tapi
kalo yang bener-bener aib kadang gue gak upload kok di sosial media yang
terlihat di khalayak ramai. Kadang gak tegaan juga liatnya. Paling cuma upload
di grup chat aja dan itu beeehhh udah pada heboh semua.
0 komentar:
Posting Komentar